Minggu, 14 Desember 2014

PERAN DILEMATIS DAKWAH, DAN DAKWAH DI DUNIA CYBER


DAKWAH DI TENGAH DERASNYA ARUS INFORMASI,
PERAN DILEMATIS DAKWAH, DAN DAKWAH DI DUNIA CYBER


        A. Latar Belakang

Komunikasi dan Dakwah merupasakan elemen yang tidak dapat di pisahkan, walau mempunyai pengertian, objek, dan konsep yang berbeda. Dimana Komunikasi menitik beratkan kepada analisisnya pada fenomena “menyampaikan” pesan agar dengan pesan itu dapat terjadi perubahan , sedangakan Da’wah lebih menitik beratkan kepada fenomena “memanggil” atau “mengajak” untuk melakukan suatu perubahan.

Pada era modern saat ini, dimana kemajuan ilmu pengetahuan dibidang teknologi komunikasi informasi di era new media ini banyak  masyarakat telah terpengaruh oleh kecanggihan teknologi. Yang mana  dengan teknologi tersebut memiliki dampak yang positif dan negative. Semua tergantung dengan manusianya, dimana apa bila di pergunakan secara positif dapat membantu mempermudah  manusia dalam melakukan seluruh aktivitas dan kegiatan,dan apa bila di pergunakan secara tidak baik atau negative maka akan berdampak buruk atau merusak sisi kemanusian dan nilai moral.

Pada saat ini teknologi informasi yang ada banyak di pergunakan dengan tepat oleh masyarakat. Banyak sisi positif dari teknologi yang ada belum di ketahui sepenuhnya oleh masyarakat, sehingga teknologi yang ada tidak tepat sasaran dalam pemanfaatannya. Oleh karena itu banyak masyarakat yang hanya mengetahui sisi buruk dari sebuah teknologi tersebut. Baik  yang berkaitan dengan fornografi, penggunaan game yang berlebihan ataupun kejahatan-kejahatan lainnya sehingga sangat merisaukan bahkan menakutkan terutama dikalangan orangtua, tokoh agama, para da’i, atau siapapun yang peduli terhadap krisis nilai-nilai moral atau akhlak bangsa yang semakin memprihatinkan.

Di Indonesia dampak media mulai mengkhawatirkan, dimana munculnya kecenderungan kalangan muda mengadopsi budaya asing yang dipandang kurang bersahabat, bahkan merusak kebudayaan local.

Oleh karena itu perlunya tokoh tokoh agama, merumuskan pendekatan baru dalam membangun agenda agenda dakwah yang lebih relevan dengan kebutuhan anak anak muda, terutama berkaitan dengan ikhtiar antisipatif atas berbagai munculnya dampak negative dari teknologi media.

Dimana metode metode tersebut dapat dengan mudah diserap dan di pahami oleh kalangan muda Indonesia. Sehingga dakwah tersebut tepat sasaran dan menarik bagi mereka. Dimana dengan bantuan teknologi media informasi informasi yang di butuhkan kalangan muda dapat dengan mudah di akses, dimanapun dan kapanpun. Maka dari itu ini lah tantangan terbesar bagi pendakwah pendakwah zaman sekarang bagaimana pentingnya mengkoloborasikan antara pesan, informasi, dan ajakan dakwah dengan teknologi penyampaiannya yang lebih menarik dan lebih mengedukasi.





        B. Pengertian Dakwah

Dakwah berasal dari bahasa arab دعا– يدعوا – دعوة (da’a - yad’u - da'watan),yang artinya ajakan, panggilan, serbuan. Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan. Kata da’a dalam al-Quran, terulang sebanyak 5 kali, sedangkan kata yad’u terulang sebanyak 8 kali dan kata dakwah terulang sebanyak 4 kali.

Kata da’a pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengadu (meminta pertolongan kepada Allah) yang pelakunya adalah Nabi Nuh as.

Kemudian kata yad’u, pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengajak ke neraka yang pelakunya adalah syaitan. Lalu kata itu berarti mengajak ke surga yang pelakunya adalah Allah,

Sedangkan kata dakwah atau da’watan sendiri, pertama kali digunakan dalam al-Quran dengan arti seruan yang dilakukan oleh para Rasul Allah itu tidak berkenan kepada obyeknya. Namun kemudian kata itu berarti panggilan yang juga disertai bentuk fi’il (da’akum) dan kali ini panggilan akan terwujud karena Tuhan yang memanggil. Lalu kata itu berarti permohonan yang digunakan dalam bentuk doa kepada Tuhan dan Dia menjanjikan akan mengabulkannya.

Pengertian Dakwah Secara Terminologis
Definisi dakwah dari literatur yang ditulis oleh pakar-pakar dakwah adalah:
  • Dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada sesama manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran ALLAH SWT yang benar dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik (Aboebakar Atjeh. 1971:6)
  • Dakwah adalah menyeru manusia kepada kebajikan dan petunjuk, serta menyuruh kepada kebaikan dan melarang pada kemunkaran agar mendapat kebahagian dunia dan akhirat. (Syekh Muhammad Al-Khadir Husaini)
  • Dakwah adalah menyampaikan dan mengajarkan agama islam kepada seluruh umat manusia dan mempraktekkannya dalam kehidupan nyata, (M. Abdul Fath Al-Bayanuni)
  • Dakwah adalah suatu aktifitas yang mendorong manusia agar memeluk agama islam melaui cara yang bijaksana. dengan materi ajaran Islam, agar mereka mendapatkan kesejahteraan di dunia dan di akhirat. (A. Masykur Amin)
Dari definisi para ahli tersebut bisa kita simpulkan bahwa dakwah adalah kegiatan atau usaha memanggil orang muslim maupun non muslim. dengan cara yang bijaksana, ,melalui penyampaian ajaran islam, untuk dipraktekkan dalam kehidupan nyata agar bisa hidup damai di dunia dan bahagia di akhirat.


C. Metode Dakwah

Rasulullah SAW mengajarkan beberapa metode dalam melaksanakan dakwah, yaitu menggunakan Hikmah dan pelajaran yang baik. Hikmah adalah perkataan yang tepat, ttgas, dan benar, yang dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil. Aspek tepat dalam hal ini berkaitan dengan penggunaan kabar gembira (basyiron) dan kubar peringatan (nadziroh). Yang dimaksud dengan pelajaran yang baik dalam dakwah adalah berdakwah dengan seluruh kepribaian.

Ada beberapa metode dakwah yang dipakai secara umum oleh para da’I, diantaranya :

  1. Metode Ceramah (Rhetorika Dakwah)
Ceramah adalah suatu tehnik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seseorang da’I atau mubaligh pada suatu aktivitas dakwah, ceramah dapat pula bersifat propaganda, kampanye, berpidato, khutbah, sambutan, mengajar dan sebagainya.
  1. Metode tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya (obyek dakwah) untuk menyatakan sesuatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan mubaligh atau da’I sebagai penjawabnya. Metode ini dimaksudkan untuk melayani masyarakat sesuai kebutuhannya. Sebab dengan bertanya berarti orang ingin mengerti dan dapat mengamalkannya.
  1. Debat (Mujadalah)
Mujadalah selain sebagai dasanama (sinonim) dari istilah dakwah, dapat juga sebagai salah satu metode dakwah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An Nahl ayat 125. berdasarkan firman Allah, berdebat patut dijadikan sebagai metode dakwah. Namun perlu diketahui bahwa debat yang dimaksud di sini adalah debat yang baik, adu argument dan tidaka tegang sampai pada pertengkaran.

Debat sebagai metode dakwah pada dasarnya mencari kemenangan, dalam arti menunjukkan kebenaran dan kehebatan Islam. Dengan kata lain debat adalah mempertahankan pendapat dan ideologinya agar pendapat dan idiologinya itu diakui kebenarannya dan kehebatannya oleh musuh (orang lain). Berdebat efektif dilakukan sebagai metode dakwah hanya pada orang-orang (objek dakwah) yang membantah akan kebenaran Islam.

  1. Percakapan Antar Pribadi
Percakapan pribadi atau individual conference adalah percakapan bebas antara seseorang da’I  atau mubaligh dengan individu-individu sebagai sasaran dakwahnya. Percakapan pribadi bertujuan untuk menggunakan kesempatan yang baik di dalam percakapan atau mengobrol untuk aktivitas dakwah.




  1. Metode Demonstrasi
Berdakwah dengan cara memperlihatkan suatu contoh baik berupa benda, peristiwa, perbuatannya dan sebagainya dapat dinamakan bahwa seorang da’I yang bersangkutan menggunakan metode demonstrasi. Artinya suatu metode dakwah di mana seorang da’I memperlihatkan sesuatu atau mementaskan sesuatu terhadap sasarannya dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang ia inginkan.


  1. Sifat-sifat yang harus di miliki oleh Seorang Da’I antara lain :
  1. Iman dan taqwa kepada Allah
Syarat kepribadian sorang da’I yang terpenting adalah iman dan taqwa kepada Allah. Oleh karena itu didalam membawa misi dakwah diharuskan terlebih dahulu diri-sendiri dapat memerangi hawa nafsunya, sehingga diri pribadi ini lebih taat kepada allah dan Rasulnya dibandingkan dengan sasaran dakwahnya.

  1. Tulus ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan diri pribadi
Niat yang lurus tanpa pamrih duniawiyah belaka, salah satu syarat mutlak ang harus dimiliki seorang da’I. Sebab dakwah adalah pekerjaan yang bersifat ubudiyah atau terkenal dengan hablullah,yakni amal perbuatan yang berhubungan dengan Allah. Sifat ini sangat menentukan keberhasilan dakwah, misalnya ada dalam hati ketika memberikan ceramah dengan adanya ketidak ikhlasan dalam memberikan ceramah

  1. Ramah dan penuh pengertian
Propaganda yang dapat diterima orang lain, apabila yang mempropagandakan berlaku ramah, sopan dan rigan tangan untuk melayani sasarannya, karena keramahan, kesopanan dan keringan-tanganannya insya-Allah akan berhasil dakwahnya.

  1. Tawadlu’ (rendah diri)
Rendah diri hati bukan semata-mata merasa dirinya terhina dibandingkan dengan derajat dan martabat orang lain, akan tetapi seorang da’I yang sopan, tidak sombong dan tidak suka menghina dan mencela orang lain.

  1. Sederhana dan jujur
Sederhana bukanlah berarti didalam kehidupan sehari-hari selalu ekonomis dalam memenuhi kebutuhannya, akan tetapi sederhana disini tidak bermegah-megahan, angkuh dan sebagainya, sedangkan kejujuran adalah orang yang percaya akan ajakannya dan dapat mengikuti ajakan dirinya.

  1. Tidak memiliki sifat egoism
Ego adalah watak yang menonjolkan akunya, angkuh dalam pergaulan merasa dirinya terhormat, lebih pandai, dan sebagainya. Sifat inilah yang harus dijauhi betul-betul oleh seorang da’I .



  1. Sifat semangat
Semangat berjuang harus dimiliki oleh da’I, sebab dengan sifat ini orang akan trerhindar dari rasa putus asa, kecewa, dan sebagainya.

  1. Sabar dan tawakal
Dalam melaksanakan dakwah mengalami beberapa hambatan dan cobaan hendaklah sabar dan tawakan kepada Allah.


  1. Objek Dakwah
Objek dukwah adalah seluruh umat manusia.

Manusia sebagai objek dakwah dapat digolongkan menurut Manusia sebagai objek dakwah dapat digolongkan menurut klasnya masing-masing serta menurut lapangan kehidupannya. Akan tetapi menurut pendekatan psikologis, manusia hanya bisa didekati dari tiga sisi, yaitu sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk ber-Ketuhanan Manusia sebagai makhluk individu memiliki tiga macam kebutuhan hidup yang hams dipenuhi secara seimbang, yaitu:
  1. Kebutuhan kebendaan (material). Pemenuhan aspek ini akan memberikan kesenangan bagi hidup manusia.
  2. Kebutuhan kejiwaan (spiritual). Pemenuhan aspek ini akan memberikan ketenangan, ketenteraman dan kedamaian dalam batinnya, dan
  3. Kebutuhan kemasyarakatan (sosial). Pemenuhan aspek ini akan membawa kepuasan bagi hidup manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia hams hidup bersama kelompolcnya, bersatu dan bergaul dengan yang lain.




  1. Peran Dilematis Dakwah
Di era modern saat ini dimana teknologi informasi yang sangat canggih menuntut seorang pendakwah untuk lebih mengoptimalkan peran dakwahnya. Dimana sekurang kurangnya ada tiga agenda permasalahan yang penting, yaitu :
Pertama, berkaitan dengan pola pola pengembangan dakwah yang selama ini dilakukan oleh juru dakwah, baik secara individual maupun kelembagaan.
Kedua, berkenaan dengan muatan pesan yang disampaikan pada setiap kesempatan dakwah dilakukan.
Ketiga, berkenaan dengan pentingnya merumuskan ulang suatu pendekatan alternative dalam memperkenalkan islam secara komprehensif persuasive ditengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Perlunya merumuskan agenda baru dakwah islam ini terutama ikhtiar antisipatif atas berbagai kekhawatiran dampak negative dari perkembangan media interaktif yang semakin jauh memasuki sisi kehidupan masyarakat, dan pola pikiran masyarakat.

Dimana sekarang ini banyak masyarakat telah kehilangan akan interaksi secara langsung dengan masyarakat sekitar, lebih mementingkan atau mengutamakan komunikasi secara nonverbal. Menggunakan berbagai macam teknologi komunikasi, seperti menggunakan social media yang saat ini banyak dan menjamur.

Dilain pihak, dengan adanya perkembangan teknologi tersebut membuat tantangan baru dalam berdakwah, dimana dakwah akan semakin bervariasi, unik dan atraktif sehingga pikiran masyarakat yang mengartikan berdakwah itu harus bertemu secara langsung dengan beramai ramai, dan memerlukan waktu khusus akan berubah. Dimana berdakwah pada zaman era teknologi modern ini berdakwah sangat menyenagkan, dan tidak menganggu waktu kita, dimana dan kapanpun kita dapat mendengar dan mengikuti dakwah itu.

Sehingga peran dakwah sebagai penjamin tetap hidupnya nilai orisinil agama tetap bertahan dan dapat berkembang dengan pesat dan baik.
 




  1. Dakwah Di Dunia Maya ( Cyber Dakwah)

Secara sosiologis, penerapan teknologi komunikasi dan informasi dalam kehidupan telah mengubah ragam Interaksi masyarakat. Masyarakat dakwah kini bukan saja mereka yang berada di depan mata, melainkan juga mereka yang secara bersama sama yang ada di ruang abstrak yang di sebut di dunia maya.

Dimana media telah menggiring individu memasuki ruang yang memungkinkan kita saling berinteraksi, seperti Internet. Yang kita kenal sebagai cyberspace.

Sepertinya hal di dunia nyata, di dunia maya kita dapat berinteraksi, berkomunikasi, berdiskusi, membaca buku, bermain, belajar, mencari informasi dan lain lain, baik secara individu maupun kelompok.

Dunia maya atau cyber world, memungkinkan kita untuk mendapatkan apapun keinginan kita secara mudah, cepat dan tepat. Sehingga ini menimbulkan beberapa dampak, baik positive maupun negative. Dimana kita di tuntut dengan jeli, sebaik baiknya untuk memilih informasi apapun secara benar dan baik, yang tidak merugikan bagi kita. Dimana dunia cyber kita tidak hanya di lihatkan atau dibawa ke pengaruh yang positif tetapi juga negative.

Islam adalah agama yang universal. Agama yang berisikan ajaran mengenai pola kehidupan manusia baik dalam tataran fungsi duniawi maupun ukhrawi. Dalam, persfektif Islam, tidak ada dikhotomi antara fungsi kehidupan dunia dan akhirat. Keduanya memiliki dimensi ritual yang sama. Namun dalam perkembangan selanjutnya, agama Islam diletakkan secara parsial yang terbagi menjadi kegiatan ritual dan non ritual. Ibadah yang memiliki hubungan ukhrawi dimaksud sebagai kegiatan ritual dan memilki dimensi transandental. Bahkan biasanya kesholehan diukur dari banyaknya ritual yang dilakukan.
Pergeseran pemahaman ini akan berdampak buruk pada masyarakat. Jika masyarakat adalah kumpulan orang banyak yang berbudaya, maka pergeseran pemahaman ini akan memarjinalkan budaya dalam tubuh masyarakat dari dimensi Islam. Islam hanya akan ada di masjid-masjid, majelis-majelis keilmuan atau hanya ada dalam forum-forum resmi saja. Padahal secara normatif, Islam adalah aturan kehidupan yang menyeluruh. Islam bisa ada di pasar, terminal atau di tempat lainnya. Seolah-olah masyarakat merasa tabu jika kegiatan sosial dikaitkan dengan dimensi keislaman. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw, bahwa Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing.

Di era teknologi informasi saat ini, peranan new media dan sosial media  dalam dakwah sangat penting.  Dakwah tidak hanya dilakukan di masjid, tetapi juga dilakukan di Internet. Pasalnya, kebutuhan masyarakat akan informasi sudah menjadi  kebutuhan pokok. Masyarakat sudah disibukkan dengan aktivitas kesehariannya, mereka tidak sempat menonton televisi dan membaca koran untuk mendapatkan informasi. Bahkan kebuthan masyarakat akan informasi di internet dari bangun tidur hingga tidur lagi. Namun mereka mempunyai alternatif untuk mendapatkan informasi yaitu menggunakan internet. Dengan kemudahan itu, maka saat ini informasi bisa didapatkan tanpa harus terikat ruang dan waktu. Hal ini adalah kesempatan emas bagi da’i untuk memanfaatkannya sebagai media dakwah. Selain berdakwah lewat dunia nyata, da’i juga diperlukan dakwah lewat dunia maya sebagai pendukung dakwah di dunia nyata. Karena mengingat berdakwah lewat dunia nyata sangat terikat dari ruang dan waktu.

Diantara contoh berdakwah dengan media sosial adalah sebagai berikut.  Pertama, facebook merupakan salah satu jejaring sosial yang ada di internet. Facebook mempunyai jutaan pengguna dengan bermacam-macam latar belakang pendidikan, profesi, pekerjaan, kasta dan lain-lain. Dari pengusaha papan bawah dan atas, birokrat sampai kalangan-kalangan paling elitpun bisa ditemukan disini. Dari kalangan anak-anak hingga orang tua, dari kalangan terpelajar hingga awam. Dari artis, selebritis hingga ustadz akan ditemukan disini. Berdakwah menggunakan facebook mempunyai ragam bentuk manfaat.

Walaupun oleh sebagian orang, facebook  dianggap lebih banyak mudlaratnya bahkan mereka mengatakan bahwa facebook  adalah sumber dari kesesatan di dunia maya, internet. Tetapi kita sebagai umat Islam, harus memanfaatkannya untuk kepentingan dakwah. Misalnya saling bertukar pesan-pesan dakwah yang ringan dan mudah dipahami dan mudah dilaksanakan, saling mengingatkan kepada amalan-amalan kebaikan, mengundang untuk mengikuti acara-acara keagamaan yang terdekat. Jadi pada dasarnya kemajuan teknologi seperti facebook misalnya bersifat netral, maka penggunanyalah yang sangat menentukan ke arah mana ia digunakan, baik atau buruk sepenuhnya tergantung di tangan penggunanya.

Pertimbangan utama untuk menjadikan facebook sebagai media dakwah tentu saja berkaitan erat dengan posisi facebook itu sendiri sebagai jaringan sosial yang terkemuka dan paling diminati di seluruh dunia.


Dakwah menggunakan facebook  sudah banyak dilakukan oleh para da’i. Diantaranya oleh Prof. Dr. H. Moh. Ali Aziz, M.Ag dalam situs facebook  Moh Ali Aziz”. Pesan-pesan dakwah yang disampaikan beliau beragama, mulai dari motivasi untuk melaksanakan sholat yang berkualitas, motivasi untuk menjalani hidup dan kehidupan, bersikap tawadlu, menghargai orang lain, bersyukur,  dan pesan-pesan dakwah yang lain.

Berdakwah di bidang Twitter juga tidak ketinggalan. Seperti hanya Ustadz Felix Siauw. Da’i kelahiran Palembang ini dikenal sebagai aktivis dakwah di media sosial, karena dakwahnya di Twitter begitu populer, padat, mantap dan berpengaruh dan menyentuh hati follower-nya. Tercatat hingga semalam (tanggal 17 Februari 2013 pukul 20.23 wib), jumlah follower-nya mencapai 214.229 orang. Angka tersebut mengalami peningkatan 19 orang hanya dalam waktu kurang dari 30 menit. Karena jumlah follower-nya pada pukul 19.54 wib baru mencapai 214.210 orang.

Menggunakan fasilitas blog (website pribadi) dan website. Blog pada awalnya adalah media sosial yang digunakan hanya untuk menulis catatan harian pribadi yang ada di internet. Bahkan tak jarang para blogger menjadikannya hanya sekedar “diary internet”. Beberapa tahun kemudian dari perkembangannya itu, blog digunakan untuk kepentingan pribadi baik ekonomi, sosial, politik, budaya maupun yang lainnya. Blog adalah website yang mengandung isi dalam urutan waktu terbalik dan terdiri atas posting-posting. Dimana posting terbaru akan ditampilkan terlebih dahulu, kemudian posting yang lebih lama. Dengan kata lain tulisan-tulisan yang diposting akan dimunculkan berdasarkan tanggal, artinya tanggal tulisan terbaru akan ditampilkan paling atas atau depan. Sedangkan tulisan yang lama berada dipaling bawah.

Selain media sosial sebagai media dakwah seperti yang telah penulis jelaskan serta contohnya di atas. Di bawah ini akan penulis jelaskan tentang new media dengan produknya sebagai media dakwah di era digitalisasi. Pertama, new media dengan audio digital-nya yang diputar dengan MP3 (MP3, MPEG, Audio Layer 3), AAC (Advanced Audio Coding) WMA (Windows Media Audio), Real Audio dan lain-lain-nya menjadi media dakwah yang baik. Audio digital itu yang berisi musik-musik Islami/religi. Dengan media tersebut, kita dapat mendengarkan musik-musik Islami tersebut. Secara tidak langsung kita akan mendapatkan nilai-nilai keislaman. Contoh MP3 kitab Hilyah Tholibil Ilmi - Contoh-contoh Adab Terhadap Guru (Contoh MP3 kajian keislaman), MP3 Qori’ Ust. H. Muammar ZA (Contoh MP3 morattal al-Qur’an), MP3 Maher Zain - Baraka Allahu Lakuma (Contoh MP3 musik Islami) dan lain-lain.

Dengan aplikasi ponsel celluler juga dapat digunakan untuk kepentingan dakwah. Hal ini nampak dari begitu banyaknya pemakai celluler, mulai dari pengusaha kelas atas hingga pengusaha kelas bawah, bahkan tidak sedikit para remaja pengangguran, pelajar yang belum memiliki panghasilanpun banyak yang  menggunakan celluler. Melihat begitu semaraknya celluler, maka alangkah besar manfaatnya jika celluler digunakan sebagai media dakwah, yaitu dengan cara memanfaatkannya sebagai media untuk mengirin pesan-pesan normatif yang mengandung tsaqafah Islamiyah .

Dengan elektronik mail (E–mail)-nya dapat mempermudah dan mempercepat mengakses informasi dimana saja dan kapan saja berada. Dengan adanya komunikasi dalam penyampaian informasi tidak lagi dibatasi jarak maupun waktu. Dengan adanya e–mail orang bisa menyampaikan pesan secara langsung walaupun dengan jarak yang jauh. Hal ini sangatlah efektif dan efisien dalam pengembangan dakwah Islamiyah.

Dengan aplikasinya yang maju dan serba digital, dapat dimanfaatkan juga menjadi dakwah lewat jual beli dengan prinsip-prinsip ekonomi syari’ah. Sebab pemberdayaan  ekonomi umat mengandung tiga misi. Pertama ialah misi pembangunan ekonomi dan bisnis yang berpedoman pada ukuran-ukuran ekonomi dan bisnis yang lazim dan bersifat universal, Kedua ialah pelaksanaan etika dan ketentuan hukum syariah yang harus menjadi ciri kegiatan ekonomi umat Islam, dan ketiga ialah  membangun kekuatan ekonomi umat Islam, sehingga menjadi sumber dana pendukung dakwah Islam yang dapat  ditarik melalui zakat, infak, sedekah, wakaf dan lain-lain. Seperti yang telah dilakukan oleh Ustadz Yusuf Mansur dengan situs websitenya wisatahati.net, serta situs www.syariahbisnis.com dan lain-lain.

dengan software aplikasinya dapat memberikan kemudahan dalam melakukan kegiatan dakwah. Hal lain yang bisa kita manfatkan adalah dalam hal efisiensi. Jika secara fisik kitab-kitab hadits yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan itu, dengan kemajuan Teknologi Informasi cukup disimpan dalam sebuah komputer/flashdisk yang mudah dibawa dan dibaca dimanapun. Dengan melakukan digitasi teks telah banyak tersedia buku-buku elektronik (e-books) yang dapat kita nikmati baik buku-buku tafsir, tarikh, kitab-kitab hadits, kitab-kitab fiqih dan lain-lain.  Aplikasi tersebut antara lain Al Quran digital : memudahkan pencarian ayat dan topik-topik dalam Al-Qur’an, Maktabah syamilah dan lain-lain.



  1. Debat di dunia maya
Dalam dunia maya, acapkali kita melihat diskusi atau debat yang terjadi dalam membahas suatu masalah. Memang betul, debat (jidal) adalah suatu cara untuk berdakwah dan itu diperbolehkan Allah swt, sebagaimana yang disampaikan-Nya dalam al-Qur’an
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik (QS an-Nahl [16]: 125)
قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتي‏ تُجادِلُكَ في‏ زَوْجِها وَ تَشْتَكي‏ إِلَى اللَّهِ وَ اللَّهُ يَسْمَعُ تَحاوُرَكُما إِنَّ اللَّهَ سَميعٌ بَصيرٌ
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS al-Mujaadilah [58]: 1)
Selain memperbolehkan wasilah debat atau diskusi ini, Allah dan rasul-Nya pun telah menentukan aturan-aturan dalam melakukan debat ini. Secara garis besar anjuran debat dalam Islam ini adalah:
  1. Debat dilakukan dalam tataran ide yang sedang diperdebatkan Debat dilakukan dengan menyerang dan menjatuhkan argumentasi-argumentasi yang batil, lalu memberikan argumentasi-argumentasi yang jitu dan benar, berdasarkan kajian hingga sampai pada suatu kebenaran. Karena itu, seperti telah disebut, debat mengandung dua sifat, yaitu merobohkan dan membangun; menjatuhkan dan menegakkan argumentasi-argumentasi. Di antara teladan cara debat yang diajarkan al-Quran adalah:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ ۖ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan”. Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” lalu heran terdiamlah orang kafir itu;
(QS al-Baqarah [2]: 258)
  1. Debat dilakukan dengan cara yang baik (ahsan) sebagaimana yang diperintahkan Allah Maksudnya dilakukan dengan menggunakan patokan yang sama, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Bukan berpatokan pada “pokok”nya, atau “kata”nya, ataupun dengan akal pikiran. Kalaupun menggunakan akal, maka haruslah dengan menggunakan pemikiran yang rasional, bukan persangkaan ataupun filsafat.
Barangsiapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam (HR. Bukhari Muslim)
Amma ba’du: sesungguhnya perkataan yang paling benar adalah kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk, adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)
اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an (QS az-Zumar [39]: 23)
  1. Menghindari berkata yang buruk, keji, mencaci atau memaki individu Ketika berdebat, kita benar-benar harus mengingat bahwa yang kita debat adalah ide yang disampaikan, bukan individu yang menyampaikan, sehingga kita tidak boleh menyerang secara individual dan menggunakan kata- kata yang tidak mencerminkan keimanan kepada Allah.
Bukanlah seorang mukmin jika suka mencela, melaknat dan berkata-kata keji (HR. Tirmidzi)
  1. Tidak mencari-cari perdebatan atau senang dengan perdebatan Al-Qur’an telah menjadikan debat sebagai salah satu cara dalam menyampaikan kebenaran Islam, tapi bukan berarti al-Qur’an memerintahkan kita untuk senang dalam berdebat atau mencari-cari perdebatan. Seorang mukmin seharusnya memahami bahwa perdebatan adalah salah satu bagian dari dakwah dan jalan terakhir dalam dakwah, bukan malah mengawali dakwah dengan perdebatan.
وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS al-Anfaal [8]: 46)
  1. Perhatikan siapa yang menjadi partner debat/diskusi Pertama-tama kali yang harus diperhatikan adalah siapa partner debat atau diskusi kita, karena partner debat/ diskusi seharusnya seseorang yang memang menginginkan dan mencari kebenaran, bukan hanya menyenangi debat atau menjadikan debat untuk memperolok-olok agama Islam.
وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلا جَدَلا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ
 “Tidak ada satu kaum yang tersesat setelah mendapat petunjuk, melainkan karena mereka suka berdebat” Kemudian Rasulullah saw membaca ayat: “Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. [QS Az-Zukhruf [43]: 58]” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)
  1. Perhatikan apa yang akan diperdebatkan/didiskusikan Seorang mukmin tidak akan menceburkan dirinya dalam perkara-perkara yang seharusnya tidak didiskusikan, dalam perkara yang tidak bermanfaat, dan juga dalam perkara-perkara yang tidak akan meningkatkan keimanan ketika mendebat/mendiskusikannya.
Dalam berdiskusi, kita hanya boleh membahas hal-hal yang telah Allah perbolehkan untuk mendiskusikannya, dan menjauhi perkara yang telah dilarang atau dimakruhkan untuk mendiskusikannya. Termasuk perkara ini adalah mendebat Allah dan ayat-ayat-Nya.
وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ وَهُمْ يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ وَهُوَ شَدِيدُ الْمِحَالِ
dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya.(QS ar-Ra’du [13]: 13)
  1. Tinggalkan perdebatan di forum-forum umum yang tidak terbatas Seperti yang telah disampaikan di atas, tujuan perdebatan adalah menegakkan yang benar dan menjatuhkan yang
    salah, atau sederhananya merubah dari yang buruk menjadi yang baik. Apabila perdebatan ini dilakukan di forum-forum umum ataupun wasilah umum yang dapat terlihat oleh publik, maka sesungguhnhya perdebatan semacam ini akan lebih banyak mudharatnya bagi yang lain, dan pasti akan menjadi perdebatan yang tidak berujung.
Melihat fenomena, inti dari masalah yang ada adalah krisis tuntunan dan bimbingan secara aktual pada khalayak masyarakat. Masyarakat secara tidak langsung diberikan tuntunan yang memarjinalkan peran Islam. Tuntunan yang membawa kepada suatu budaya baru dan melemahkan budaya Islam. Hal yang paling ketara adalah media yang memberikan tuntunan buruk pada masyarakat. Media-media yang ada sangat tidak mendidik. Alih-alih media yang ada membawa masyarakat pada jurang krisis multi dimensional. Bahkan bisa meluas hingga pembentukan karakter yang jauh dari dimensi religi. Karena menurut hemat penulis budaya adalah karakter masyarakat yang telah terbangun dan menjadi kebiasaan.
Jika masalahnya adalah budaya atau karakter bangsa, maka kita harus mengganti karakter menjadi lebih baik. Maksudnya, kita harus bisa menghancurkan karakter non-Islam dan membangun karekater berdimensi islami. Salah satu usahanya adalah melalui pengembangan dakwah dan tarbiyah. Memang dakwah dan tarbiyah bukanlah segalanya, tetapi segalanya bisa bermula dari dakwah dan tarbiyah ini. Seperti yang pernah disampaikan oleh KH. Mustofa Bisri saat dialog publik di Mesir tahun 2004 lalu, bahwa yang dibutuhkan bangsa ini adalah reformasi mental seluruh rakyatnya.
Dan yang tidak kalah penting dari dakwah cyber ini adalah untuk menghadapi serangan media Barat terhadap Islam. Di Barat, khususnya di AS dan negara-negara Eropa, berbagai media massa dimanfaatkan untuk menghantam ajaran Islam. Hingga kini, beberapa film bioskop dan televisi yang menghina Islam, telah ditayangkan.



 Terimakasih. Wassalam.




  1. Daftar Pustaka
1.      Saiful Muhtadi, Asep. 2012. Komunikasi Dakwah Teori, Pendekatan, Dan Aplikasi. Bandung:Simbiosa Rekatama Media.
2.      Dermawan, Andy. Metodologi Ilmu Dakwah. LESFI. Ypgyakarta. 2002
3.      Kusnawan, Aep. Komunikasi Penyiaran Islam. Benag Merah Press. Bandung. 2004
4.      Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Al-Ikhlas. Surabaya. 1983
5.      Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Gaya Media Pratama.Jakarta.1997