Senin, 16 Februari 2015

Teori Komunikasi Dan Tokoh-Tokohnya

Teori Komunikasi Dan Tokoh Tokohnya

A.                  RICHARD L.LANIGAN
Richard L. Lanigan membuat analisis filsafat mengenai komunikasi dengan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan:
1.      Apa yang aku ketahui? (what do I know?)
2.      Bagaimana aku mengetahuinya? (how do I know?)
3.      Apakah aku yakin? (am I sure?)
4.      Apakah aku benar? (am I right?)
Keeempat pertanyaan diatas berkaitan dengan penyelidikan secara sistematis, studi terhadap metafisika, epistemologi, aksiologi dan logika.

Metafisika (berkaitan dengan ontologi)
Menurut Richard lanigan, metafisika adalah studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realita. Berkaitan dengan teori komunikasi, metafisika berkaitan dengan hal-hal berikut:
·         Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual dengan
realita dalam alam semesta.
·         Sifat dan fakta bagi tujuan, perilaku, penyebab dan aturan.
·        Problema pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada perilaku
Manusia.
Jujun S Suriasumantri dalam bukunya "Filsafat Ilmu" mengatakan bahwa metafisika merupakan suatu kajian tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran, dan hakikat kaitan zat dengan pikiran.Sedangkan mengenai objek metafisika ditegaskan oleh Aristoteles, yang mengatakan ada dua, yakni ada sebagai ada sebagai yang ada dan ada sebagai yang ilahi. Pendapat Aristoteles tersebut dijelaskan oleh Prof. Dr. Delfgaauw dalam karyanya "Metafisika" sebagai berikut:

a. Ada sebagai yang ada
Mengenai hal ini ilmu pengetahuan berupaya mengkaji yang ada itu dalam bentuk semurni-murninya, bahwa suatu benda itu sungguh-sungguh ada dalam arti kata tidak terkena perubahan.Ciri bahwa yang ada itu sungguh-sungguh ada, ialah dapat dicerapnya oleh panca indera.Oleh karena itu metafisika disebut juga ontologi.
b. Ada sebagai yang ilahi
Hal lain adalah keberadaan yang mutlak, yang sama sekali tidak bergantung pada yang lain. Ini berarti bahwa suatu yang ada adalah yang seumum-umumnya dan yang mutlak, yakni Tuhan.Apabila kita berbicara tentang tentang yang ilahi berarti kita bertolak dari sesuatu yang pada dasarnya tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena Tuhan tidak dapat diketahui dengan menggunakan alat-alat inderawi.


Epistemologi
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia [a branch of philosophy that investigates the origin, nature, methods and limits of human knowledge].
            Sementara itu, epistemologi lebih merupakan cabang filsafat yang merefleksikan asal-usul, hakikat dan batasan pangetahuan manusia.Epistemologi berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan lebih mendasar lagi berkaitan dengan kriteria penilaian atas kebenaran.Dalam epistemologi, terdapat beberapa teori kebenaran berdasarkan koherensi, korespondensi, pragmatisme dan legalisme.
Epistemologi pada dasarnya adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh yang dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah pada dasarnya dilandasi oleh:
·         Kerangka pemikiran yang logis
·         penjabaran hipotesis yang merupakan deduksi dan kerangka pemikiran
·         Verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji kebenarannya secara faktual.

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia (Effendi 193:324). Lanigan mengatakan bahwa dalam prosesnya yang progresif dari kognisi menuju afeksi yang selanjutnya menuju konasi, epistemologi berpijak pada salah satu atau lebih teori kebenaran. Dalam kamus filsafat disebutkan beberapa teori kebenaran yaitu : teori korespondensi, teori koherensi, teori pragmatik.

1.                   Teori koherensi; suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu koheren
 atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
2.                   Teori korespondensi; suatu pernyataan adalah benar jikalau materi yang
 terkena oleh persyaratan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan itu.
3.                   Teori pragmatik; suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan atau
 konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia.

Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai-nilai seperti etika estetika dan agama. Aksiologi berkaitan dengan cara bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan yang secara epistemologi diperoleh dan disusun. Tinjauan terhadap filsafat komunikasi, Richard lanigan mengatakan bahwa aksiologi merupakan studi tentang etika dan estetika.
Hal ini berarti aksiologi adalah suatu kajian terhadap apa nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya atau mengekspresikannya. Masalah nilai ini sangat penting bagi seorang komunikator ketika ia mengemas pikirannya sebagai isi pesan dengan bahasa sebagai lambang. Hal ini berkaitan dengan efek yang ditimbulkan oleh pesan tersebut. Karena itulah seorang komunikator haruslah terlebih dahulu melakukan pertimbangan nilai (value judgement) apakah pesan yang akan dikomunikasikan etis atau tidak.

Logika
Logika berkaitan dengan telaah terhadap asas-asas dan metode penalaran secara benar. Menggunakan proses penalaran yaitu proses logika. Karena itulah dalam komunikasi, posisi logika amatlah penting, karena pemikiran yang akan dikomunikasikan kepada orang lain haruslah merupakan keputusan sebagai hasil dari proses berpikir yang logis.
Logika adalah cabang filsafat yang menelaah asas dan dasar metode penalaran secara benar dalam hal ini cara berkomunikasi secara lebih baik dan benar. Logika penting dalam berkomunikasi karena pemikiran harus dikomunikasikan dan yang dikomunikasikan merupakan putusan sebagai hasil dari proses berpikir.
            Logika berkaitan dengan telaah terhadap asas-asas dan metode penalaran secara benar [deals with study of the principles and methods of correct reasoning].
            Bahwa logika teramat penting dalam komunikasi, jelas karena suatu pemikiran harus dikomunikasikan kepada orang lain, dan yang dikomunikasikan itu harus merupakan putusan sebagai hasil dari proses berpikir, dalam hal ini berpikir logis.



B.                 STEPHEN W. LITTLEJOHN
Stephen W. Littlejohn adalah orang komunikasi yang juga berbicara tentang filsafat komunikasi. Littlejohn menelaah teori dan proses komunikasi. Littlejohn membagi proses komunikasi dalam tiga tahap dan empat tema utama. Tahapan itu adalah tahap metateoritis, hipotetis dan deskriptif.Tema utamanya adalah tema epistemologis, ontologis, perspektif dan aksiologis.
Dalam bukunya yang berjudul "Theories of Humas Communication", Littlejhon menyajikan suatu sub bab yang berjudul "Philosophical Issues in the Study of Communication", yang menelaah teori dan proses komunikasi dengan membagi menjadi tiga tahap dan empat tema. Tahap pertama adalah metatheorical, kedua hypothetical, dan ketiga descriptive. Sedangkan tema yang empat itu adalah epistemology[pertanyaan mengenai pengetahuan], onology [pertanyaan mengenai eksistensi], perspective [pertanyaan mengenai fokus] dan axiology[pertanyaan mengenai nilai].
Tahap Metatheorical, Meta mempunyai beberapa pengertian, yakni [1] berubah dalam posisi/changed in position, [2] melebihi/beyond, diluar pengertian dan pengalaman manusia/trancending, serta lebih tinggi/higher.
            Sedangkan pengertian teori menurut Schramm adalah "suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar yang tinggi, dan daripadanya proposisi dapat dihasilkan yang dapat dikaji secara ilmiah, serta pada dasarnya dapat dilakukan dengan prediksi mengenai tingkah laku".
            Littlejohn sendiri mengartikan metateori sebagai spekulasi terhadap sifat penyeledikan yang melebihi atau luar isi khusus dari teori tertentu. Penyeledikan tersebut bisa berupa pertanyaan apa yang akan diamati, bagaimana pengamatannya dilakukan, dan bentuk teori yang bagaimana yang akan diambil.

Tahap Hipotetikal, Ini adalah tahap teori di mana tampak gambarn realitas dan pembinaan kerangka kerja pengetahuan.

Tahap Deskriptif, Tahap ini meliputi pernyataan-pernyataan aktual mengenai kegiatan dan penemuan-penemuan yang berkaitan dengannya.
            Ketiga tahap tersebut tidak berlangsung secara terpisah, apabila beroperasi pada salah satu tahap, seorang cendekiawan selalu menelaah dua tahap lainnya.
           
1.                  Tema epistemological
            Sebagaimana telah dijelaskan ketika membahas pemikiran lanigan, bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia.Tegasnya epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari pengetahuan.
            Dalam kaitannya dengan pentahapan tadi, tema epistemologikal pada tahap metateorikal meliputi pretanyaan-pertanyaan metodologi yang telah disinggung tadi, yakni cara bagaimana pengetahuan disusun dan bahan yang telah diperoleh.
            Tema epistemologikal dikaji dari tahap hipotetikal bersangkutan dengan metode dan prosedur dalam menguji dugaan-dugaan sementara.
            Tema epistemologikal dilihat dari tahap deskriptif menyangkut instrumen dan teknik dalam rangka melakukan verifikasi sebagai penilaian yang objektif.
            Dalam hubungannya dengan tema epistemologikal, Littlejohn mengajukan pertanyaan, "dengan proses bagaimana timbulnya pengetahuan?" Menurut dia, pertanyaan itu amat kompleks dan perdebatan mengenai masalah ini justru terletak pada "hati" estimologi.
            Dikatakannya bahwa mengenai persoalan itu terdapat empat posisi:
a.                   Mentalisme atau rasionalisme yang menyatakan bahwa pengetahuan timbul dari kekuatan pikira manusia. Posisi ini menempatkan dirinya pada penalaran manusia.
b.                   Empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan muncul dalam persepsi. Kita mengalami dunia dan melihat apa yang sedang terjadi.
c.                    Konstruktivisme yang menyatakan bahwa orang menciptakan pengetahuan agar berfungsi secara pragmatis dalam kehidupannya. Orang memproyeksikan dirinya kepada apa yang dialaminya. Para konstuktivis percaya bahwa fenomena di dunia dapat dikonseptualisasikan dengan berbagai cara, di mana pengetahuan berperan penting bagi seseorang untuk merekayasa dunia.
d.                   Konstruktivisme sosial mengajarkan bahwa pengetahuan merupakan produk interaksi simbolik dalam kelompok sosial. Dengan lain perkataan, realitas dikonstruksikan secara sosial sebagai produk kehidupan kelompok dan kehidupan budaya.

2.                  Tema ontologi
            Apabila epistemologi adalah studi terhadap pengetahuan, ontologi adalah cabang filsafat mengenai sifat wujud [nature of being], atau lebih sempit lagi sifat fenomena yang ingin kita ketahui.Dalam imu pengetahuan sosial, ontologi terutama berkaitan dengan sifat interaksi sosial.
            Pentingnya persoalan ontologis, sebab cara para teoritisi mengkonseptualisasikan komunikasi bergantung pada bagaimana pandangannya terhadap komunikator.
            Littlejhon mengatakan bahwa meski dalam teori komunikasi tampak berbagai posisi ontologis, tetapi dapat dikelompokkan menjadi dua posisi dasar yang saling berlawanan.
a. Teori aksional [actional theory]
            Teori ini mengganggap bahwa orang menciptakan makna, mereka mempunyai tujuan, mereka menentukan pilihan nyata.Pandangan aksional berpija pada landasan teleologis, yang menyatakan bahwa orang mengambil keputusan yang dirancang untuk mencapai tujuan.

b. Teori nonaksional [nonactional theory]
            Teori ini menganggap bahwa perilaku pada dasarnya ditentuka oleh dan responsif terhadap tekanan-tekanan yang lalu.Dalam tradisi ini dalil-dalil tertutup biasanya dipandang tepat; interpretasi aktif yang dilakukan oleh seseorang dilihat dengan sebelah mata.

3.                  Tema perspektival
            Perspektif suatu teori terdapat pada fokusnya.Perpektif berkorelasi dengan epistemologi dan ontologi disebabkan bagaimana teoritisi memandang pengetahuan dan bagaimana pengaruhnya terhdap perspektif teori.Setiap teori komunikasi menyajikan perspektif khusus darimana prosesnya dapat dipandang.
            Walaupun perspektif teoritikal dapat dikonseptualisasikan dalam berbagai cara, Littlejhon menyajikan empat jenis yang dinilainya memadahi, yakni:
a. Perspektif behavioristik [Behavioristic perspective]
Perspektif ini yang ditimbulkan dari psikologi mazhab perilaku atau mazhab behavioral, menekankan pada rangsangan dan tanggapan [stimulus dan respon]. Teori komunikasi yang menggunakan perspektif ini cenderung untuk menekankan pada cara bahwa orang dipengaruhi oleh pesan. Teori seperti ini cenderung untuk menyesuaikan diri kepada asumsi-asumsi yang bersifat non-aksional.
b. Perspektif transmisional [Transmissional perspective]
Teori transmisional memandang komunikasi sebagai pengiriman informasi dari sumber kepada penerima. Mereka menggunakan gerakan model linier dari suatu lokasi ke lokasi lain. Perspektif ini menekankan pada media komunikasi, waktu, dan unsur-unsur konsekuensial.Umunya ini berdasarkan asumsi non-aksional.
c. Perspektif interaksional [interactional perspective]
Perspektif ini mengakui bahwa para pelaku komunikasi secara timbal balik menanggapi satu sama lain. Apabila perspektif transmisional bersifat linier, perspektif interaksional bersifat sirkular.Umpan balik dan efek bersama merupakan konsep kunci.
d. Perspektif transaksional [transactional perspective]
Perspektif ini menekankan kegiatan saling memberi. Ia memandang komunikasi sebagai suatu hal dimana pesertanya terlibat secara aktif. Teori perspektif transaksional menekankan pada konteks, proses, dan fungsi. Dengan kata lain, komunikasi dipandang situasional dan sebagai proses dinamis yang memenuhi fungsi-fungsi individual dan sosial. Perspektif ini menekankan holisme, yang membayangkan komunikasi sebagai proses saling menyampaikan makna.

4.                  Tema Aksional
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mengkaji nilai-nilai. Secara keseluruhan, dalam proses aksiologi terdapat dua posisi umum, yakni:
a.                   Ilmu yang sadar nilai [value-conscious] mengakui pentingnya nilai bagi penelitian dan teori serta secara bersama-sama berupaya untuk mengarahkan nilai-nilai itu kepada tujuan yang positif.
Ilmu yang bernilai netral [value-neutral] percaya bahwa ilmu menjauhkan diri dari nilai-nilai, dan bahwa para cendikiawan mengontrol nilai-nilai itu.


C.                      WHITNEY R.MUNDT
Whitney R. Mundt tidak memperhitungkan filsafat komunikasi sebagai filsafat yang sebenarnya.Filsafat komunikasi menampilkan kekuatan media dan prinsip-fungsi media berikut hubungannya dengan negara.Mundt dalam filsafatnya menyatakan penjelasan keterpautan pemerintah dengan jurnalistik di mana keseimbangan kekuatan selalu bergeser.
Berbeda dengan pemikiran yang lain, dalam karyanya ”Global Media Philosophies” menjelaskan keterpautan pemerintah dengan jurnalistik di mana keseimbangan kekuatan selalu bergeser. Pertanyaannya, dimana garis pemisah antara kebebasan dan pengawasan ?.
Menurut Mundt ;
·         Dalam teori authoritarian pers adalah pelayan negara. Peranannya tidak usah dipertanyakan, karena merupakan filsafat kekuasaan mutlak dari pemerintah suatu kerajaan. Perintisnya adalah Hobbes, Hegel dan Machiavelli. Negara-negara contohnya adalah Iran, Paraguay dan Nigeria.
·         Teori libertarian, media tidak bisa tunduk kepada pemerintah, tetapi harus bebas otonom, bebas untuk menyatakan ideanya tanpa rasa takut diintervensi pemerintah. Perintisnya adalah Locke, Milton dan Adam Smith. Negara-negara contohnya adalah AS, Jepang dan Jerman Barat.
·         Teori Social Responsibility, merupakan modifikasi atau perkembangan dari teori libertarian, tetapi berbeda dengan akarnya; fungsi pers adalah sebagai media untuk mendiskusikan konflik. Perbedaan lainnya ialah pers tanggungjawab sosial diawasi oleh opini komunitas, kegiatan konsumen dan etika profesional. Beberapa negara cenderung menganut teori ini, termasuk AS.
·         Teori Soviet Communist dikatakan bahwa pers Uni Soviet melayani partai yang sedang berkuasa dan dimiliki oleh negara. Orang-orang soviet mengatakan bahwa persnya bebas untuk menyatakan kebenaran, sedangkan pers dengan apa yang dinamakan sistem liberal dikontrol oleh kepentingan bisnis.
Dalam kaitannya dengan Filsafat PERS, Lowenstein tetap berpegang pada istilah authoritarian dan libertarian. Jelasnya dibawah ini adalah tipologi Lowenstein.
Kepemilikian PERS :
1.      Kepemilikan Pribadi – Dimiliki oleh perorangan atau lembaga non-pemerintah; dibiayai terutama oleh periklanan ddan langganan.
2.      Kepemilikan Partai Politik – Dimiliki oleh partai politik, disubsidi oleh partai atau anggota partai.
3.      Kepemilikan Pemerintah – Dimiliki oleh pemerintah atau partai pemerintah yang dominan, disubsidi terutama oleh dana pemerintah.

            Menurut Mundt, pers terbagi menjadi lima, yakni:
1.                   Otoritarian, yakni sistem pers dimana ada sensor dan lisensi dari pemerintah. Pemerintah menekan kritik sehingga kekuasaan terpelihara.
2.                   Sosial-otoritarian, yakni pers dimiliki oleh pemerintah atau partai pemerintah untuk melengkapi pers guna mencapai tujuan ekonomi nasional dan tujuan filsafati.
3.                   Libertarian, yakni ketiadaan pengawasan pemerintah [kecuali undang-undang tentang fitnah dan cabul], untuk menjamin berkembangnya gagasan secara bebas [free market place of ideas].
4.                   Sosial-libertarian, yakni pengawasan pemerintah secara minimal untuk menyumbat saluran-saluran komunikasi dan untuk menjamin semangat operasional dari filsafat libertarian.
Sosial-sentralis, yakni kepemilikan pemerintah atau lembaga umum dengan saluran komunikasi terbatas untuk menjamin semangat operasional dari filsafat libertarian.





Referensi :
Littlejohn, Stephen W. & Karen A.Foss. 2005. Theories  Of Human Communication. 8 ed. Canada: Wadsworth.
http://ahlikomunikasi.files.wordpress.com/2012/10/teori-komunikasi-edisi-9l.jpg